Friday, September 29, 2006
Fenomena Lemah Iman (Bab I Ciri-ciri Lemah Iman)

BAB I

CIRI-CIRI LEMAH IMAN

Sesungguhnya penyakit lemah iman mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini :

1. Terjerumus kedalam kemaksiatan dan melaksanakan hal-hal yang diharamkan

Diantara orang yang maksiat adalah orang yang melaksanakan dosa yang mengikat dirinya sehingga dia tidak dapat melepaskan diri dari dosa tersebut serta sulit untuk menghentikannya. Diantara mereka juga ada yang melakukan berbagai macam kemaksiatan. Banyaknya kemaksiatan yang dilakukan akan mengakibatkan hilangnya perubahan watak dan karakter yang lembut dan halus. Kemudian karena kejelekan maksiat tersebut setahap demi setahap mengotori hatinya hinga pada titik klimak dia menjadi orang yang mujahiroh ( memamerkan dan membanggakan kemaksiatan ). Padahal Rasululloh SAW bersabda : Setiap umatku diampuni dosanya kecuali Mujahirun . Sesungguhnya mujahirun itu melakukan dosa pada malam hari, pada pagi harinya Alloh telah menutupi dosa tersebut. Namun dia malah berkata : “ wahai kisanak, malam tadi saya telah melakukan ini dan itu ( dia menceritakan dosa yang dilakukannya sendiri ). Alloh menutup aibnya pada malam hari tetapi pada pagi harinya dia sendiri yang menyingkap tabir penutup Alloh tersebut ( Bukhori )

2. Merasakan keras dan gelisahnya Hati

Orang tersebut merasakan sungguh hatinya telah berubah menjadi batu besar dan keras yang tidak pernah merembes dan keluar sedikitpun sesuatu dari batu tersebut. Padahal tidak begitu halnya dengan batu, sekeras – kerasnya batu dia masih bisa dibelah dan mengeluarkan mata air. Sebagai mana firman Alloh Surat Albaqoroh ayat 74:

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya. Diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Alloh. Dan Alloh sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

Petuah Kematian, melihat orang mati dan mengunjungi jenajahnya tidak membuat orang yang keras hatinya tergerak kemudian tersadar. Kadang dia sendiri yang mengusung jenajahnya, memakamkan, dan menguburkannya sendiri dengan tanah. Namun hal itu seperti terjadi biasa-biasa saja tidak terkesan dan berbekas sedikitpun dalam hatinya.

3. Tidak ada kenikmatan dalam beribadah.

Diantaranya hati merasa linglung, dan gersang ditengah-tengah salat, ketika membaca al-qur’an, berdo’a dan lainnya. Tidak merenungi dan mentafakuri ma’na - ma’na dzikir. Dzikir tersebut hanya dibaca dengan lancar, formal dan verbal, dilakukan diwaktu-waktu tertentu sesuai tuntutan , namun kering dari meresapi maknanya sehingga do’a dan dzikir tersebut menjadi hampa. Alloh tidak akan menerima do’a seseorang yang hatinya linglung dan lupa.

4. Diantara ciri orang yang lemah iman adalah bermalas-malasan dalam beribadah dan menyia-nyiakan waktu.

Apabila mereka melaksanakan ketaatan tersebut dia melaksanakannya dengan hampa tanpa ruh. Apabila mereka menegakkan salat, mereka melaksanakannya dengan malas-malasan Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas” ( Annisa : 142).

Termasuk diantaranya tidak mempunyai perhatian ( Attention) terhadap waktu ibadah dan saat melakukan kebaikan. Hal ini menunjukkan tidak adanya kepedulian seseorang terhadap hasilnya suatu pahala. Mereka mengakhirkan haji padahal mampu melakukannya. Lalai dalam mengikuti peperangan, malah duduk santai sambil ongkang kaki, mengakhirkan solat berjamaah bahkan akhirnya meninggalkan solat jum’at. Rasululloh bersabda : “ Suatu kaum senantiasa terlambat dari barisan pertama sehingga Alloh menghadiahkan mereka neraka” ( Abu Daud dalam kitab Sohih Targib). Mereka tidak merasakan penyesalan yang mendalam ketika ketiduran dalam melakukan salat wajib, begitu juga ketika terlewat salat sunat rawatib, aurod-aorodnya, tidak ada perasan menyesal sedikitpun dalam dirinya. Hal ini terjadi karena tidak semangat dan tidak termotivasi untuk melakukannya. Dan tidak berusaha menggantikannya ketika terlewat baik itu amalan sunat maupun amalan fardu kifayah. Kadang mereka tidak menghadiri solat ied padahal ada beberapa ulama yang menentukan wajibnya menyaksikan solat ied. Mereka tidak melaksanakan solat khusuf baik gerhana matahari maupun gerhana bulan, tidak mementingkannya ketika menghadiri pemakaman, tidak mensalatinya. Mereka seperti tidak berminat terhadap pahala yang dijanjikan Alloh. Cukup kontradiktif dengan apa yang disifati Alloh terhadap mereka orang-orang yang beriman dalam surat Al-Anbiyah : 90 :

ِاّنَهُمْ كَانُوْ يُسَاِرعُوْنَ فِي اْلخَيِْرَاتِ َوَيْدعُوََْنَنَا رَغَبَا وَرَهَبََََََا َوكَانُوْ َلنَا خَاشِعِيْنَ

Artinya : “ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada kami”.

Diantara ciri bermalas-malasan dalam ketaatan adalah ogah-ogahan dalam melaksanakan solat sunat rawatib, kiyamullail. Emoh untuk bersegara kemasjid dan ibadah sunat lainnya, seperti terhadap solat duha. Tidak terbersit hatinya untuk menambah dari rakaat-rakaat yang lebih utama dari pada solat taubat dan solat istiharoh.

5. Sempit hati dan keras tabiat

Diantara ciri lemah iman adalah merasakan sempit hati, mudah dongkol, tabiatnya keras perilakunya kasar sehingga manusia pergi menjauhinya. Dia juga cepat bosan, gelisah dan jengkel terhadap sesuatu walaupun sedikit. Merasa sempit sangat sumpek dengan aktivitas dan perilaku manusia disekitarnya. Toleransi dan kelapangan dadanya hilang. Padahal Rasul mensifati iman lewat sabdanya :

Iman itu kesabaran dan kelapangan” ( Silsilah Sohihah nomor 554). Rasul juga mensifati iman dengan yang lainnya : “ Iman itu ramah dan harmonis, tidak ada kebaikan pada orang yang tidak ramah dan tidak harmonis” ( Silsilah sohihah nomor 427 )

6. Tidak ada pengaruh dari bacaan Al-Qur’an

Diantara ciri lemah iman adalah tidak ada dampak pengaruh dari pembacaan ayat Al-qur’an terhadap hatinya. Tidak tersentuh dan tergerak hatinya dengan janji Alloh dalam Al-qur’an, ancamannya, peringatan, larangan, dan gambaran keadaan kiamat yang banyak diceritakan dalam Al-qur’an. Orang yang lemah iman merasa bosan bila mendengar ayat Al-qur’an dan tidak mampu meneruskan bacaanya karena malas sehingga ketika dia membuka alqur’an hampir saja menutupnya kembali dengan segera.

7. Lupa terhadap Alloh.

Termasuk ciri lemah iman adalah lupa terhadap Alloh dalam dzikir dan do’anya. Dia merasa berat untuk berdzikir ketika mengangkat tangan untuk berdo’a, dengan cepat menurunkan kembali dan menyelesaikannya dengan cepat, sedikit dalam berdikir dan berdo’a. Sebenarnya sifat-sifat tersebut merupakan salah satu dari sifat orang-orang munafik. Alloh telah menjelaskannya dalam Al-qur’an tentang sifat orang munafik ini :

ِانَّ اْلُمنَاِفِقيْنَ يُخَادِعُوْنَ الله وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَاِذَا قَامُوْا ِالَي اْلصَلاةِ قَامُوْ كُسَالَي ُيرَءُ وْنَ الّنَاسَ َولا يَذْكُرُوْنَ الله ِالا قَلِيْلا ( النسا ء : 142 )

Sesungguhnya orang-orang munafik menipu Alloh dan Alloh membalas tipu daya mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka melaksanakannya dengan malas, mereka bermaksud riya dengan shalatnya. Dan tidaklah mereka berdzikir kepada Alloh kecuali sedikit saja ( Annisa 142 )

Jadi kalau boleh kita katakan orang yang lupa dalam berdo’a, sedikit dalam berdikir dan berdo’a telah terkena penyakit kemunafikan yang membahayakan.

8. Apriori terhadap kemaksiatan

Diantara ciri lemah iman berikutnya adalah dia tidak marah ketika larangan Alloh dilanggar. Hal itu terjadi karena lidah dan kilatan kecemburuan iman yang bersarang dalam hatinya telah padam. Maka seluruh anggotanya berhenti untuk mengingkari hal tersebut. Sehingga dia tidak melaksanakan amar bilma’ruf dan nahyi ‘anil munkar. Wajahnya tidak lagi menampakkan kemarahan dijalan Alloh. Rasululloh mensifati hati yang terkena penyakit ini dengan hati yang lemah seperti sabdanya : “ Ditimpakan fitnah terhadapa hati seperti sebuah keset yang didekatkan kepada orang sedang tertidur sedikit-sedikit, Ketika hati dirasuki fitnah tersebut maka terbitlah satu titik hitam didalam dirinya . Namun apabila tidak dimasuki timbulah titik putih yang terjaga. Sehingga akan timbul menjadi 2 titik , yang satu putih bersih . Hati seperti ini akan selamat dari fitnah sejauh langit dan bumi . Dan yang lainnya hitam memudar seperti panci terbalik tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang ingkar kecuali mereguk hawa nafsunya” ( Hr. Muslim )

Dari sini hilanglah dalam hatinya sifat mencintai kebaikan dan membenci kemunkaran. Dalam dirinya hal itu sama saja, baik berupa hal yang ma’ruf maupun hal yang munkar. Bahkan ketika mendengar kemunkaran dilakukan dimuka bumi ini hatinya meridoi. Hal ini sama saja dengan menyaksikan dan melaksanakannya seperti sabda Rasul : Apabila suatu kesalahan dilakukan dimuka bumi ini dan orang yang menyaksikan mengingkarinya sama dengan tidak menghadiri kegiatan tersebut ( tidak terkena getahnya ) dan barang siapa yang tidak melihat namun meridoinya sama dengan menyaksikan kesalahan tersebut” ( Abu Daud )

Inilah keridoan hati yang merupakan amalan batin tersebut ternyata sederajat dengan menyaksikan kemunkaran, artinya orang tersebut ikut bertanggung jawab.

9. Mencintai popularitas.

Disini ada beberapa gambaran maksud diatas yaitu sebagai berikut :

- Mencintai kedudukan dan kepemimpinan, padahal tidak memiliki kemampuan, tanggung jawab dalam menanggulangi krisis dan masalah kepemimpinan tersebut. Inilah yang diwanti-wanti Rasul dalam sabdanya: ” Sesungguhnya kalian akan bersemangat terhadap kepemimpinan dan akan merasakan penyesalan pada hari kiamat. Alangkah baiknya murdi’ah dan alangkah jeleknya fatimah. Murdi’ah adalah awal kekuasaan dimana beserta kekuasaan itu berlimpah harta, kedudukan dan kenikmatan. Sedangkan Fatimah adalah akhir dari kekuasaan karena besertanya ada peperangan, pengasingan dan penuntutan pada hari kiamat. Rasul meneruskan sabdanya : “ Apabila kalian menghendaki aku akan jelaskan apa itu kekuasaan ? Awalnya cacian yang kedua penyesalan dan ketiga siksaan dihari kiamat kecuali pemimpin yang adil” ( Tobroni ).

Kalau seorang pemimpin melaksanakan kewajiban, mengemban tanggung jawab dalam proporsinya, dengan mengerahkan seluruh kemampuan dengan penuh kesungguhan, nasihat dan keadilan maka tidak akan ditemukan orang yang paling utama selain dia, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Yusuf. Namun yang terjadi pada saat ini adalah orang yang ambisius, keras kepala dalam pemerintahan, sok berkuasa, lebih memprioritaskan keutamaan dirinya, menomorduakan hak rakyat dan emoh untuk menjadi pusat amar ma’mur nahyi munkar.

- Mencintai kedudukan disuatu majlis. Ingin didengarkan ucapannya sedangkan dia tidak mendengarkan pendapat orang lain. Muncul dan menjadi pusat perhatian dalam suatu majlis adalah front peperangan yang diwanti - wanti rasul Rasul :” Hati-hatilah peperangan ini ( Baihaqi )

- Dia suka kalau datang lantas orang-orangpun berdiri menghormatinya. Dia menginginkan keagungan diri yang sebenarnya sedang sakit. Rasul bersabada : “ Barang siapa yang karena orang lain berdiri menghormatinya menjadi senang dan tersanjung maka bersiap-siaplah untuk menduduki satu tempat di neraka” ( Bukhori ).

Oleh karena itu ketika Muawiyah bin Abi sopyan keluar menuju Abdulloh bin Jubair dan Ibnu Amir. Ibnu Amir berdiri sedangkan Abdullah jubair duduk saja. Muawiyah berkata kepada Ibnu Amir : “ Duduklah karena sesungguhnya aku mendengar Rasululloh bersabda : “ Barang siapa yang menginginkan seorang laki-laki berdiri untuk menghormatinya maka bersiaplah untuk menduduki tempat duduknya di neraka “ ( Abu Daud )

Termasuk kedalam jenis ini adalah seseorang yang marah apabila tempat duduknya didahului orang lain sehingga ketika dia memasuki suatu majlis dia menginginkan orang itu berdiri untuk pindah dan dia duduk ditempat bekas duduknya. Celakalah dia karena Rasululloh telah melarangnya lewat sabda beliau :” Janganlah seorang laki-laki memberdirikan laki-laki lain dari tempat duduknya kemudian dia duduk ditempatnya “ ( Bukhori )

10. Kikir dan bakhil

Diantara ciri lemah iman adalah bersifat kikir dan bakhil. Sungguh Alloh telah memuji kaum Ansor dalam Al-qur’an :

َويُؤْثِرُوْنَ عَلَي اَنْفُسِهِمْ وَلَوْكَانَ ِبهِمْ خَصَاصَة ( الحشر : 9)

Dan mereka ( Ansor ) mengutamakan ( muhajirin ) atas diri mereka . Sekalipun memerlukan apa yang diberikannya itu

Alloh pun telah menjelaskan bahwa orang-orang yang berbahagia adalah orang yang menjaga agar kekikiran tidak menimpa dirinya . Tidak syak lagi sesungguhnya lemah iman akan melahirkan sifat kikir . Rasul bersabda : “ Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dihati seorang hamba selamanya” ( An-nasai )

Adapun bahaya dari sifat kikir dan dampaknya terhadap pelakunya telah dijelaskan Rasululloh SAW :” Hendaklah kalian menjauhi kikir karena sesungguhnya kerusakan yang dialami kaum sebelum kalian adalah karena kikir. Mereka menyuruh orang lain untuk memutuskan silaturahmi, merekapun memutuskan silaturahmi , mereka menyuruh membuat kekejian dan merekapun melaksanakan pula kekejian tersebut ( Abu Daud )

Maka sesungguhnya orang yang lemah iman hampir tidak mengeluarkan apapun karena Alloh, walau diseru untuk melakukan sodakoh. Ketika dohir kepapaan ditubuh umat islam, banyak terjadi musibah ditengah mereka, tetap saja tidak bergeming hatinya untuk mengeluarkan sodakoh demi menolong teman-temannya. Firman Alloh : “ Ingatlah kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan hartamu dijalan Alloh. Maka diantara kamu ada orang yang kikir, dan barang siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allohlah yang maha kaya sedangkan kamulah orang-orang fakir. Dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengggantikan kamu dengan kaum yang lain dan mereka tidak seperti kamu ini” ( Muhamad : 39 )

11. Mengatakan apa yang tidak diperbuatnya

Firman Alloh SWt :

يا ايها الذين امنوا لم تقولون ما لا تفعلون * كبر مقتا عند الله ان تقولو ما لا تفعلون *

Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Maktan Alloh ( Murka Alloh yang sangat ) yang maha besar bagi orang – orang yang mengatakan apa yang tidak diperbuatnya ( Assop : 2-3)

Tidak syak lagi bahwa ini merupakan jenis kemunafikan. Barang siapa yang perkataanya tidak sesuai dengan dengan perbuatannya . Dia dicerca Alloh, dibenci makhluk Suatu saat ia akan terbuka kedoknya dineraka orang yang menyuruh kepada kebaikan namun tidak kunjung melaksanakannya. Dan orang yang melarang dari kemunkaran namun kerap melaksanakannya.

12. Tertawa diatas penderitaan saudaranya yang muslim .

Diantara ciri lemah iman adalah dia merasa nikmat dan bahagia bila orang islam tertimpa bencana, kerugian, kegagalan dan kesedihan. Dia merasa karena senang bila nikmat itu telah hilang pada saudaranya, kelebihan yang dimiliki orang lain pun sirna sehingga merasa diri paling hebat saat ini karena tidak tersaingi.

13. Minimalis dalam amal

Diantara ciri orang yang lemah iman adalah melihat sesuatu dari sisi dosa tidaknya, tidak melihat dari sisi baik atau buruknya. Sebagian manusia ketika bermaksud melaksanakan suatu amal dia tidak bertanya apakah amal itu baik ? melainkan bertanya apakah amal tersebut sebuah dosa atau bukan ? apakah hukumnya haram atau hanya makruh saja? Esensi pertanyaan ini akan mengarahkan penanya pada pelaksanaan hukum subhat atau makruh . Dan pada akhirnya akan menggiring penanya tersebut untuk melakukan hal yang diharamkan Alloh suatu hari. Pemilik pertanyaan tersebut tidak mempunyai penghalang untuk melaksanakan hal-hal yang dimakruhkan atau hal-hal yang subhat karena dia berfikir hal itu tidak haram. Inilah esensi dari sabda Rasul : “ Barang siapa yang melakukan hal yang syubhat dia akan terkena yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembala kambingnya di tanah larangan hampir saja dia terkena larangan tersebut ( melanggar tanah larangan tersebut )” ( Bukhori Muslim )

Bahkan sesungguhnya sebagian manusia apabila meminta fatwa tentang sesuatu dan ternyata hukumnya haram, dia masih bertanya apakah haramnya berat atau haram sekali atau sedikit saja? Atau dia bertanya seberapa besar dosanya ? besarkah atau kecil ? Pertanyaan seperti ini tidak mencerminkan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menjauhi kemunkaran dan kesalahan bahkan didalamnya terdapat beberapa peluang awal untuk melaksanakan hal yang diharamkan Alloh dan menyepelekan dosa, hal yang mengarahkan dirinya menuju apa yang diharamkan Alloh serta menghapus batas antara dia dengan kemaksiatan . Oleh karena itu Rasul bersabda : “ Sungguh aku mengetahui betul nasib suatu kaum dari umatku yang datang pada hari mkiamat , dengan kebaikan sebesar gunung Tihamah maka Alloh menjadikannya seperti debu yang berterbangan. Sahabat berkata : Ya Rasululloh terangkanlah kepada kami tentang sifat mereka dan jelaskan hal itu pada kami, agar kami tidak seperti mereka tanpa kami sadari, Rasululloh bersabda : Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan orang-orang sesudah kalian, mereka menjadikan malam sebagai ibadah sebagaimana kalian melakukannya namun mereka adalah sebuah kaum yang apabila memasuki apa yang diharamkan Alloh melanggarnya “ ( Ibnu Majah )

Maka dia melaksanakan apa yang diharamkan Alloh tanpa terkontrol dan tidak ada penolakan sedikitpun . Ini jauh lebih jelek dari pada orang yang melakukan dosa namun hatinya menolak dan merasa dosa. Kedua-duanya memang celaka namun yang paling celaka adalah orang yang berdosa tanpa merasa berdosa dengan enteng dan tanpa beban dia melakukannya . Ini merupakan buah dari keimannya yang lemah dia tidak melihat amal tersebut sebagai sesuatu yang munkar . Oleh sebab itu Abdulloh bin Ma’ud mensifati tingkah orang mukmin dan munafik lewat pendapatnya sebagai berikut : Sesungguhnya orang mukmin itu melihat dosanya seperti ketika dia sedang duduk dibawah gunung yang ia takuti gunung dosa tersebut akan menimpanya, sedangkan orang fujur melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat didepan hidungnya dan dia mengatakan “ lah Cuma segini “ ( sambil menyibakkan tangannya )” ( bukhori )

14. Merendahkan hal yang ma’ruf dan tidak mempunyai perhatian terhadap kebaikan-kebaikan yang kecil

Kita telah mengetahui betul bahwa Rasululloh melarang hal ini . Imam Ahmad meriwayatkan dari Alhujaimi dia berkata : “ saya datang kepada Rasululloh ; maka saya berkata : “ Wahai rasululloh sesungguhnya kami adalah suatu kaum dari sebuah kampung, kami ingin mengetahui sesuatu hal yang semoga Alloh memberi manfaat dengan hal tersebut. Rasul bersabda : “ Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sekecil apapun . Walaupun kalian hanya mengerek seember air bagi orang yang akan menyiram, atau engkau berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang ramah ( Ahmad dalam silsilah sohihah no 1352 )

Apabila seseorang datang bermaksud mengambil air dari sumur dan kamu mengambilkannya untuk orang tersebut, ini merupakan amal yang dohirnya memang kecil namun tidak pantas bagi kita untuk menyepelekannya. Begitu juga ketika bertemu dengan saudara, kita menampakkan wajah yang ramah, membersihkan noda dan kotoran dimasjid walaupun berupa jerami kecil. Karena bisa jadi amal yang kecil tersebut menjadi sebab diampuninya dosa. Dan Alloh memberikan pahala kepada hambanya dengan amal tersebut kemudian mengampuninya. Tidakkah kamu tahu bahwa sesungguhnya Rasul bersabda : “ Seorang laki-laki melewati satu batang pohon yang menghalangi jalan, maka dia berkata : “ Demi Alloh aku akan menyingkirkan pohon ini agar orang-orang islam tidak terganggu karenanya, maka dia masuk surga” ( Muslim )

Sesungguhnya menyepelekan amal kebaikan yang kecil merupakan suatu kesalahan dan kecacadan. Dan cukuplah akibat dari menghinakan amal kebaikan yang kecil tersebut dengan terhalangnya dari kelebihan dan keutamaan yang besar. Rasululloh memberikan petunjuk tentang hal ini : Barang siapa yang menyingkirkan duri dari jalan orang-orang islam dituliskan baginya satu kebaikan dan seseorang yang mempunyai kebaikan akan masuk surga ( Bukhori ).

Mu’ad bin Jabal berjalan bersama seorang laki-laki kemudian dia mengangkat dan menyingkirkan sebuah batu dari jalan. Laki-laki tersebut berkata : “ Apa ini ? Muadz Berkata : “ Saya mendengar rasul bersabda : “ Barang siapa yang mengangkat sebongkah batu dari jalan ditetapkan baginya satu kebaikan, dan barang siapa yang mempunyai kebaikan dia pasti akan masuk surga ( Tobroni )

15. Afatis terhadap urusan orang islam

Diantara ciri lemah iman adalah tidak mempunyai perhatian terhadap urusan orang islam juga tidak berinteraksi serta berkomunikasi harmonis dengannya walaupun hanya sekedar do.a, bersodakoh atau memberi pertolongan. Maksudnya apatis atau apriori terhadap apapun yang menimpa saudaranya dibelahan dunia, baik itu karena dikalahkan musuh, dijajah, ditindas dan mendapat pemaksaan. Dia hanya peduli dengan keselamatan dirinya, ini adalah akibat dari lemah iman yang menggerogori hatinya. Karena orang yang beriman tidak memiliki sifat demikian . Rasul bersabda : Seorang mukmin terhadap saudaranya yang mukmin ibarat kepala dengan badan. Orang mukmin akan merasakan sakit yang diderita temannya seperti halnya tubuh kita merasakan sakit yang dialami kepala” ( Ahmad )

16. Pecah tali persaudaraan

Diantara ciri lemah iman adalah pecahnya tali persaudaraan antara dua orang yang bersaudara. Rasul bersabda : “ Tidaklah dua orang yang saling mencintai dijalan Alloh dalam islam kecuali dipisahkan oleh satu dosa yang terjadi antara keduanya, yang diceritakan oleh salah satu dari keduanya ( Bukhori )

Ini menjadi bukti bahwa sesungguhnya kesialan dari kemaksiatan adalah terkadang melemahkan ikatan persaudaraan dan memecahkannya. Keadaan menyedihkan seperti ini yang kadang ditemukan seorang manusia dengan saudaranya yang mengakibatkan lemahnya kualitas iman penyebab terjerumusnya kepada kemaksiatan. Karena sesungguhnya Alloh menggugurkan orang–orang yang bermaksiat dari lingkungan hamba-hambanya sehingga kehidupan orang tersebut menjadi jelek, kedudukannya jatuh, keadaannya rendah dan hina, tidak ada kehormatan sedikitpun baginya. Begitu pula dia akan terasing dari lingkungan orang-orang yang beriman karena Alloh merendahkan dan menolak dia serta menyingkirkannya dari lingkungan orang-orang yang beriman.

17. Tidak punya rasa tanggung jawab dalam berkiprah untuk dinul islam.

Dia tidak berusaha untuk menyebarkan islam, tidak berusaha mengabdikan dirinya untuk islam. Sungguh jauh berbeda dengan para sahabat Rasul yang ketika masuk islam dia merasakan tanggung jawab dakwah dengan serta merta. Inilah Ttufail bin Amar RA yang begitu besar Tanggung jawab dan obsesinya untuk mendakwahi kaumnya ketika cahaya islam telah menerangi jiwanya setelah mengucapkan kailmat syahadat dihadapan baginda Rasul. Saat itulah dia merasakan beban tanggung jawab besar untuk mendakwahkan hal ini kepada kaumnya. Maka dia memohon izin kepada Rasul untuk mendakwahi kaumnya, setelah mendapat restu dia pun pulang untuk menyeru manusia kejalan Alloh. Sedangkan saat ini banyak sekali orang yang hanya diam berpangku tangan begitu lama tak bergerak apapun. Sampai pada batas tugas yang diberikannya yaitu berdakwah.

Para sahabat Rasul serentak bangun untuk melaksanakan konsekwensi keimanan dengan memerangi kekafiran berlepas tangan dan berpisah dari mereka dalam segala aspek atau dengan istilah lain melakukan furqon. Dialah Samamah bin Asad Ra kepala suku Yamamah ( Ketua Kampung) ketika dia di tawan dan didatangkan ke masjid dihadapan Rasululloh. Rasulullohpun menawarkan islam padanya, kemudian Alloh memberikan cahaya kedalam hatinya. Samamah pun masuk islam, dia pergi melaksanakan umroh, ketika sampai di Mekkah dia berkata kepada kafir Quraisy.: “ Kalian tidak akan mendapatkan sebiji gandunmpun dari Yamamah, sehingga ada izin dari Rasulululloh ( Bukhori )

Isolasi dan embargo yang dilakukannya terhadap orang kafir dibidang ekonomi dan seluruh wewenang tanggung jawab yang mungkin diberikan adalah semata pengabdian dakwah yang terbersit secara spontan. Karena keimanannya menancap dengan pasti yang tercermin dalam perbuatannya.

18. Risau dan takut ketika turunnya musibah .

Diantara ciri lemah iman adalah merasa riskan, risau dan takut ketika turunnya musibah atau ketika mengalami kesulitan, dia akan terlihat gemetar tubuhnya . Pertimbangan pemikirannya kacau dan ngawur, hatinya linglung matanya terbelalak. Dia merasa bingung dalam urusan yang dihadapinya . Ketika terkena musibah atau bencana mata hatinya terkunci untuk menelorkan jalan keluar karena diliputi kebingungan. Dia tidak mampu menghadapi kenyataan dengan hati yang teguh, tabah dan lapang. Ini semua terjadi akibat imannya yang lemah. Karena kalau saja imannya kuat dia akan berdiri kokoh tegar dalam menghadapi sebesar apapun musibah. Jadi dia akan menyelesaikannya dengan penuh ketabahan dan kekuatan .

19. Banyak berdebat dan berselisih dalam hal-hal yang membuat kerasnya hati.

Rasul bersabda : “ Tidaklah tersesat suatu kaum, setelah mendapatkan petunjuk kecuali bila perdebatan telah terjadi diantara mereka

Perdebatan yang tidak argumentatip, tanpa maksud yang jelas akan menjauhkan dirinya dari jalan yang lurus. Sungguh banyak terjadi saat ini perdebatan yang salah kaprah diantara manusia . Mereka berdebat tanpa ilmu , petunjuk dalam kitab yang menerangi ( Alqur,an ). Cukuplah menjadi bukti bagi kita untuk meninggalkan hal yang jelek ini dengan berpegang pada suatu hadits berikut :

“ Aku Pemimpin satu rumah di bagian surga, bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun benar

20. Terkait hatinya pada dunia , menggemari dan terbuai karenanya.

Diantara ciri lemah iman adalah bila hati terkait pada dunia sampai pada tingkatan kondisi dia merasa sakit yang sangat ketika salah satu bagian dari dunia luput darinya. Baik itu harta kedudukan, jabatan dan tempat tingal. Dia merasa dirinya sial tertipu bernasib jelek, karena tidak berhasil mendapatkan apa yang diperoleh orang lain. Bahkan rasa sakitnya menghebat ketika orang islam saudaranya mendapatkan bagian dari dunia tersebut. Sehingga timbullah rasa hasud dalam dirinya. Dia begitu menginginkan nikmat itu hilang dari orang tersebut. Hal ini bertentangan dengan prinsip keimanan. Hadits Rasul : “ Tidak akan berkumpul pada hati seorang hamba dua hal yaitu iman dan hasud

21. Lebih memilih perkataan manusia, gaya filosofi dalam pembahasan akalnya dari pada nilai-nilai keimanan sehingga hampir saja menomorduakan nash al-qur.an hadits atau perkataan salafusholihin.

22. Berlebihan dalam mementingkan urusan pribadi, baik dalam hal makanan, minuman, pakaian tempat dan kendaraan.

Kita akan melihatnya mereka sangat mementingkan kesempurnaan penampilan yang berlebihan menghiasi keanggunan, bersungguh-sungguh dalam membeli pakaian mahal, membangun rumah begitu mewah. Membelanjakan harta dan waktunya hanya demi penampilan fisik tersebut sesuatu yang tidak terlalu penting dan tidak terlalu urgen. Padahal disisi lain saudara seminan berada dalam kepayahan yang sangat. Betul-betul membutuhkan harta . Dia malah asik dengan kemewahan, kenikmatan, kenyamanan fasilitas duniawi . Hal ini jelas dilarang rasululloh

“ Janganlah kalian bersenang-senang dalam kemewahan karena sesungguhnya hamba Alloh tidak bersenang-senang” ( Abu Nua’im)
posted by Ust. Anwar Al-Ansyori @ 8:59 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
Waktu
Profile

Name: Ust. Anwar Al-Ansyori
Home:
About Me:
See my complete profile
Artikel Sebelumnya
Arsip Artikel
Shoutbox

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus.

Waktu Adzan
Links
Powered by

Isnaini Dot Com

BLOGGER